Wednesday, October 20, 2010

Mengikuti Buka Bersama di Kediaman Pak Nuh

Saya berangkat dari kantor di BSD pukul 4.45 sore, sebetulnya sudah ijin ke atasan saya mau pulang jam setengah lima tapi karena ada kerjaan jadinya bisa berangkat agak sorean. Di jalanan juga macet, sampai di ratu plaza sudah Maghrib, padahal undangannya jam 5, tapi memang saya niatkan datang saja, meski disana cuma diam dan datang belakangan, saya juga tidak tahu lokasi acara tepatnya dan rutenya, yang saya tahu Jl. Widya Chandra itu di depan Planet Hollywood Gatot Sudirman. Saya kira daerah gatsu itu di terusan ratu plaza-senayan-karet-benhil-hotel indonesia, tetapi ternyata jl. Gatot Subroto itu melintang diatasnya, sewaktu melewati kolong di jembatan Semanggi saya beli bensin eceran dan tanya kepada penjualnya, syukurlah dikasih tahu soalnya saya punya pengalaman tanya jalan di Jakarta malah disasarkan. Dan untungnya pula saya beranikan bertanya soalnya kalo tidak saya bakal putar jauh soalnya sudah melewati jalan gatot soebroto.

Jadi ketika melewati kolong jalan berbentuk semanggi dari senayan ke arah karet jalannya satu arah yaitu belok ke kanan, tetapi dia sarankan lebih baik saya angkat motor saya dan naik di trotoar melawan arus kemudian putar balik melewati jalan layang yang tepat diatas kami sekarang. Sepanjang jalan Gatot Soebroto juga macet luar biasa, dan untuk sampai ke acara meski sudah sampai Planet Hollywood harus putar balik agak jauh, untungnya jalan yg arah sebaliknya sangat lengang.

Sampai di jl. Widya Chandra jam tujuh kurang, ternyata ada dua arumah yang rame didatangi orang-orang, ternyata setelah saya tanya ternyata ada acara buka bersama orang-orang ITB, tapi tidak tahu siapa nama menterinya. Disana orang informatikanya yang saya tahu ada saya, Wahib99, Ariq99, Ridha99, mas Nafiri Furqoni96, sama mbak Umi Azizah94. Nizar03 tidak jadi datang karena semalam sebelumnya bergadang, saya juga bertemu beberapa teman dari jurusan lain. Tanpa mengecilkan para alumni yang lain yang saya tahu, disana juga banyak tokoh-tokoh terkenal, selain pak Nuh, ada pak Widya Purnama mantan dirut Indosat dan Pertamina, pak Muhammad Nadjib anggota DPR, pak Agus Widjanarko Sekjen Departemen PU, pak Eko Djatmiko purek 4, dan pak Daniel M Rosyid sekarang jadi calon rektor, pak Dwi Sutjipto dirut semen gresik dan ketua PP IKA sekarang, pak Sutopo, pak Djawahir, pak Amir Hamzah, dan pak Helvy orang-orang IKA, ada juga mas Arif tekkim, mas Hambali, mas Djafar, Erik, mbak Fitri Latifah, dan Nelly teman-teman Prolead. Juga ada tamu orang non-ITS pak Dahlan Iskan dirut PLN.

Sesampai depan rumah pak Nuh, di depan pintu gerbangnya ada beberapa orang tukang foto dan peminta sumbangan, masuk ke halaman rumah pak nuh saya copot sepatu dan menaruhnya berjejer dan diberi nomer sepatu, di samping halaman itu ada mobil pelat merah pak Nuh. Kemudian saya isi daftar hadir yang sudah dipersiapkan oleh panitia. Karena sudah jam tujuh maka setelah saya bersalaman dengan teman-teman angkatan dan beberapa rekan kenalan, saya langsung ambil wudlu dan solat Maghrib dulu. Rumah pak Nuh luas sekali, mungkin semua rumah menteri didesain sama, ada ruang yang lapang sekali mungkin sepuluh kali sepuluh meter yang bisa menampung banyak orang didalamnya, dan memang sudah dirombak buat ngatasi acara seperti itu karena di samping rumahnya ada pipa yang di beri lima buah kran buat air wudlu, para tamu wanita bisa wudlu di kamar mandi yang ada disebelah ruangan yang lain, sedangkan untuk solat menggunakan ruangan besar di tengah rumah yang juga digunakan para tamu beramah tamah, sedangkan di pinggir-pinggir ruangan disediakan meja-meja berbagai hidangan untuk berbuka.

Setelah solat Maghrib saya sungkan untuk mengambil hidangan, apalagi kebanyakan para tamu sudah berbuka, banyak juga se yang baru datang tapi mungkin sudah buka sebelumny, ya sudah sampai saya pulang saya tidak mengicipi hidangan yang ada, tapi entah mengapa saya merasa senang aja sampai acara selesai sekitar pukul jam sembilan. Saya kemudian mengambil tempat duduk dengan teman-teman seangkatan saya, saya cerita ke mereka tentang perjalanan berangkat saya. Tidak lama kemudian ada orang yang adzan Isya', saya jadi ingat waktu jaman-jaman kuliah dulu, meski sudah berumur bapak-bapak, tetapi ketika sudah berkumpul seperti tadi malam rasanya seperti merasakan seperti pengkaderan. Ariq sama Wahib ambil air wudlu, saya ngga soalnya masih punya wudlu. Kami kemudian sholat Isya berjamaah, setelah itu Wahib, Ariq, sama Ridha pulang duluan, ketika berdoa selesai solat Ariq sudah ada di pintu nunggu Wahib, Wahib sama Ridha masih ngobrol di bagian tempat yang lain di tempat wudlu-wudlu, dari jauh saya bilang ke Ariq, "Nanti aja pulangnya, aku mau dengerin pidato-pidatonya dulu, mau ikut sampai selesai". Setelah itu Wahib sama Ariq kirim sms mau pulang duluan, saya balas hati-hati di jalan.

Setelah itu pak Djawahir sekjen PP IKA-ITS membuka pidato meminta pak Nuh memberi pidato dan sebelumnya berdoa kepada pak alm. Karomul Wahid wakil ketua PP yang sudah almarhum dan kepada pak Herman Widyananda wakil ketua BPK yang sedang berobat ke China. Pak Nuh kemudian berpidato dan memimpin doa, beliau cerita kalau pak Karomul Wahid itu dulu teman waktu kuliah, ternyata anak profesor di ITS yang mana pasti orang-orang ITS dulu pasti mengenal ayahnya, juga bercerita bahwa ketika kuliah dulu pak Karomul sering membonceng beliau pake motornya karena waktu itu perawakan pak Karomul besar sedangkan pak Nuh kecil sehingga kemana-mana sering bersama-sama boncengan, dan mereka berdua dulu bagian membantu menggelar tikar dan menarik pipa buat wudlu buat jumatan.

Pak Nuh berpidato hanya sebentar, beliau kemudian mempersilahkan pak Dahlan Iskan untuk berpidato. Pidato pak Dahlan sangat panjang dan terperinci, beliau bercerita dari China daratan sepuluh hari untuk check up kesehatan, karena sudah berteman baik dengan dokternya, beliau pesan untuk memprioritaskan pak Herman Widyananda yang juga jadi pasien dokter yang sama. Ketika di China daratan pula pak Dahlan melihat pembangunan tower tertinggi di dunia yang berukuran 300 meter. Kata pak Dahlan sebetulnya gampang bangunnya karena bangunannya sederhana, seluas lapangan bola dengan bahan besi yang bagus, beliau bilang akan bangun tower serupa setinggi 301 di Bali sebagai Pembangkit Listrik Jawa Bali. Pak Dahlan juga bilang akan bangun pembangkit listrik tenaga matahari di lima pulau di Indonesia Timur, karena tenaga surya yang bagus itu di Indonesia timur, jika memang proyeknya untuk lima pulau itu bagus maka akan diterapkan di tempat lain. Beliau juga bercerita tentang batu bara yang diambil dari Sumatera yang untuk transportasinya ketika dibawa ke Jawa butuh ongkos yang banyak dan perlu jalur transporasi tersendiri lewat bawah laut, tapi sebelum membangunnya terlebih dahulu pak Dahlan ingin bangun daerah Sumatera terlebih dulu tempat tambang batubara berada.

Pak Dahlan juga bercerita bahwa sebetulnya tidak mau ketika ditawari jadi dirut PLN karena bukan seorang insinyur, tetapi setelah bertemu pak SBY yang bilang bahwa yang lebih dibutuhkan adalah leadership dan manajemen dan berbagai pertimbangan akhirnya pak Dahlan mau dengan beberapa syarat seperti tidak ada wakil dan memilih sendiri para direktur operasionalnya.

No comments: