Sunday, January 16, 2011

Selayang Pandang Business Coaching I : "Menjadi Wirausahawan"



Berikut saya tulis Selayang Pandang Business Coaching I : "Menjadi Wirausahawan", dengan nara sumber Cak Lucky Esa, alumni T Informatika angkatan 85.

Acara dihadiri oleh sebelas peserta, daftar nama peserta yang hadir ada di bagian akhir. Cak Lucky sendiri sudah datang seperempat jam lebih awal dari yang dijadwalkan yaitu pukul tiga sore, sehingga langsung memulai coachingnya di ruang meeting lantai dua dengan peserta yang sudah hadir terlebih dahulu, yaitu cak Nizar, cak Yanu, dan saya.

Wirausahawan menghadapi banyak tantangan
Menjadi wirausahawan akan menghadapi banyak tantangan, tidak senyaman seperti menjadi karyawan, oleh karena itu harus menjadi pribadi yang persistance dalam berusaha, melangkah seratus persen tidak boleh setengah-setengah. Cak Lucky juga bercerita bahwa didalam menjalankan usahanya sering terbentur dengan regulasi pemerintah, yang mana hal itu tidak ada di luar negeri.

Ketika masih bekerja di BP di Sangatta Kalimantan Timur, bersama teman-temannya pernah berusaha jualan krupuk dan membangun pabrik batako. Karena di sana warung makanan tidak ada yang jualan krupuk, maka cak Lucky dan teman-temannya membeli di surabaya krupuk mentah dan di jual ke warung-warung di Sangatta, dan setelah diterima kerja di Microsoft usahanya itu diserahkan ke teman-temannya dan masih berjalan hingga saat ini. Begitu pula ketika di Jakarta, cak Lucky pernah berjualan bawang merah, menunggui di pasar tradisional mulai jam 3 pagi sampai sore, dan dari situ bisa mendapat omzet lima belas juta tiap bulan, tetapi tidak diteruskan, karena cak Lucky kurang menyukai usaha yang bersifat dagang, membeli kemudian dijual lagi.

Memutuskan Menjadi Wirausahawan
Bagi cak Lucky, bukan alasan keuangan untuk menjadi wirausahawan, karena sebetulnya di Microsoft cak Lucky sudah mendapat lebih dari cukup, selain gaji besar, mendapat hak kepemilikan saham atas Microsoft, dan pesangon jika pensiun, hubungan dengan atasan dan rekan kerja pun baik-baik saja, bahkan sampai sekarang masih berhubungan baik, tetapi memang panggilan jiwa dari cak Lucky untuk bisa mandiri.

Cak Lucky marasa bekerja di Microsoft sebagai vendor masih belum memenuhi keinginannya yang sebenarnya, bekerja di vendor lebih banyak bohongnya kepada user, bahkan setelah resign cak Lucky pernah didatangi oleh orang Amerika untuk bekerja di google, tetapi menolaknya karena akan melakukan kerja yang sama seperti halnya di Microsoft. Setelah didiskusikan dengan keluarga, dan karena tidak memiliki hutang kepada bank, misalnya untuk rumah ataupun mobil, dan pula tabungannya cukup untuk biaya hidup selama 2 tahun, cak Lucky pun memulai untuk menjadi wirausahawan, perusahaan seperti Schlumberger, Medco, PLN, Telkom, pernah menjadi usernya.

Business Cracker
Yaitu para pengusaha yang melakukan dobrakan dalam usahanya, mereka membuat aturan dalam berbisnis dan dijalaninya sendiri, seperti J Co yang dibuat oleh Johnny Andrean yang sebelumnya seorang pengusaha dalam bidang salon, Mie Sedap yang sebelumnya berupa perusahaan sabun Wings di Surabaya, atau yang di bidang IT seperti anak pemilik teh Botol Sosro yang mengalami jatuh bangun dalam usahanya selama 20 tahun dan baru berhasil menjual aplikasinya baru-baru ini, diceritakan bahwa sempat door to door meminta maaf kepada para pelanggannya karena aplikasi yang dibuatnya tidak sama seperti yang dijanjikan.

Cak Lucky juga pernah bertemu dengan pembuat Zahir Accunting, penyedia aplikasi akuntansi yang dijual untuk tujuan UKM-UKM dengan harga 500 ribu-an, kata cak Lucky harga itu bisa lebih murah dan bakal lebih banyak pembelinya jika menggunakan teknologi Cloud Computing. Ditambahkan oleh cak Frederik, bahwa dikantornya Indosat memang akan dilakukan kerjasama dengan Zahir Accounting untuk memanfaatkan Cloud Computing yang mereka punya.

Business Model
Cak Lucky mengagumi business model seperti J Co ataupun Kebab Turki Baba Rafi, dia ingin mencari tahu faktor apa yang mereka miliki selain keberanian. Ditambahkan oleh cak Errika, salah seorang peserta yang pengurus HIPMI Jaya bahwa pernah bertemu pemiliknya dan bercerita bahwa saat ini Baba Rafi sudah memiliki enam ratus outlet dan memerlukan beberapa ton daging setiap harinya. Ada pula business model seperti Pesandelivery yang mana menyediakan usaha mengantarkan pesan makanan, dengan menyediakan transportasi dan bungkusnya.

Dilanjutkan dengan pertanyaan oleh Tyar Matematika02 yang ingin menanyakan definisi business model, dijawab oleh cak Lucky dengan bagan yang menggambarkan Business Meodel yaitu:
Supplier -> Value Proposition -> Construction

Dan definisi Business Model itu sebenarnya tidak tahu secara pastinya, tetrapi berupa sistem usaha yang kita lakukan, jika ada yang salah maka harus kita ganti business modelnya.

Business Ethic
Saat ini cak Lucky memang tidak memiliki kantor dan karyawan sendiri seperti perusahaan pada umumnya, kantornya virtual. Dalam berhubungan dengan karyawan, cak lucky sangat memperhatikan perlakuan baik dengan karyawannya, menggajinya tepat waktu, bahkan memberi kesempatan melakukan bagi hasil pendapatan perusahaannya jika karyawannya mau, dia tidak mau meniru pengusaha yang menumpuk kemewahan tetapi tidak memperhatikan karyawannya, cak Lucky masih mempercayai dengan balasan dari apa yang kita lakukan, dan sering mendengar cerita mengenai peristiwa yang dialami oleh pengusaha nakal.

Cak Lucky pernah mengalami sewaktu mengerjakan project dengan salah satu BUMN, mereka baru melakukan pembayaran setelah tiga bulan project selesai, padahal projectnya sendiri sudah memerlukan waktu delapan bulan, sehingga sebelas bulan harus menggunakan dana pribadi, termasuk untuk membayar karyawannya tepat waktu.

Cak Lucky bersyukur karena mendapatkan pengalaman bekerja di perusahaan asing, di BP Kalimantan Timur 7 tahun, dan di Microsoft Jakarta 7 tahun, bekerja secara profesional di tempat kerja, yang mana budaya seperti itu mungkin belum ada di perusahaan lokal, dia bercerita bahwa ketika di BP dengan atasannya yang orang asing ketika diluar kantor berteman seperti biasa tetapi besoknya ketika berada di kantor kembali lagi profesional sebagai bawahan. Cak Lucky juga bercerita bagaimana orang India bekerja, disebutkan bahwa mereke sangat pintar berbicara dan terbiasa hidup keras karena kondisi negaranya yang miskin, orang India biasa bekerja sampai jam dua malam dan kembali lagi memulai aktivitas jam 5 pagi dengan gaya hidup yang sederhana, dan itu sudah menjadi kebiasaan hidup mereka sejak kecil di negaranya karena kerasnya kehidupan disana.

Tidak Mau Hutang Bank
Dalam menjalankan usahanya, cak Lucky tidak mau melakukan hutang kepada bank, dan disyukurinya karena dalam menjalankan usahanya cak Lucky tidak memerlukan untuk membeli peralatan terlebih dahulu, karena ditambahkan oleh cak Faizal bahwa ada teman-temannya di HIPMI Jaya malah melakukan hal yang bertolak belakang, berhutang ke bank untuk menjalankan usahanya seperti jual beli properti, dan bagi sebagian orang, dengan berhutang dapat dijadikan sebagai cambuk dalam berusaha, karena akan lebih berhati-hati dalam melakukan usahanya, dan ditambahkan oleh cak Errika hutang tidak selalu ke bank bisa saja lewat koperasi dengan syarat yang lebih mudah. Ditambahkan oleh cak Lucky memang itu tidak bersifat mengikat, karena ada usaha yang memang membutuhkan modal besar untuk mengerjakannya.

Acara berakhir sampai pukul setengah tujuh, molor setengah jam dari yang dijadwalkan, dan diakhiri dengan foto bersama dan pemberian cindera mata, selama acara berlangsung, para peserta dipersilahkan untuk melakukan solat di lantai tiga.

Nara Sumber:
Cak Lucky Esa, T Informatika 85, Wirausahawan di bidang IT, mantan karyawan BP dan Microsoft

Para peserta yang hadir adalah:
1. Cak Nizar Ihromi Hidayat, T. Informatika 02
2. Cak Yanu Widodo, Poltek Elka 99
3. Cak Imam Baihaqi, T. Informatika 99
4. Cak Aulia Mahdi, T. Elektro 97
5. Cak Errika Ferdinata, Arsitektur 97
6. Cak Faizal, T. Elektro 97
7. Cak Frederik Nainggolan, T. Elektro 94
8. Cak Arif Eko P, T. Elektro ? (maaf lupa)
9. Ning Riris Nurbintari, T. Kimia 97
10. Cak Mochammad Djaohar, T. Elektro 89
11. Ning Khoiriyati, Matematika 02

1 comment:

Baptiste Lacasee said...

Business Coaching has not only become an advantage for businesses today, but also a necessity due to the competition. Consultation is a form of business coaching but it mostly tells you how things are supposed to be done.